Blog yang Lainnya

Senin, 01 Agustus 2011

Strategi Membuat Lead

Menulis kata pembuka merupakan bagian yang sulit dalam tulis menulis. Pengakuan ini tidak hanya dibenarkan oleh penulis pemula, tapi juga diakui penulis kawakan. Sehingga tidak mengherankan untuk membuat kata pembuka lazimnya disebut intro menghabiskan banyak waktu.
Fungsi kata pembuka, sangat vital, karena dari segi nilai jual punya andil yang strategis. Pengaruh intro kepada pembaca cukup besar. Selesainya sebuah tulisan antara lain disebabkan bagus-tidaknya, menarik atau tidaknya kata pembuka.
Kita akan coba mengenali dan menemukan penulisan intro denga tujuh cara.

1. Data Mengejutkan
Pembaca akan terpengaruh, terpancing emosinya, tersedot perhatiannya, bila menemukan (membaca) informasi yang mengejutkan. Katakanlah di luar dugaan.


Mengejutkan bisa berakibat senang atau sedih. Yang penting mengejutkan, kita perhatikan contoh-contoh berikut:

Mengutip sebuah penelitian, da’i kondang KH. Abdullah Gymnastiar memberikan bahwa, 70% kaum remaja usia SMP-SMU pernah merasakan zina. Peristiwa ini terjadi di sebuah kota besar negeri kita.
Contoh lain. Dengan memadukan teori Manajemen Qolbu dan enterpreneursip, didukung lebih dari 300 santri perusahaan yang dikelola pesantren Daarut Tauhid – Bandung. Meraup omzet sebesar 15 miliar per tahun. Diperkirakan frekuensi kenaikan omzet terus meroket pada masa-masa mendatang.

2. Petikan Kitab Suci
Selain sebagai gaya, metode, terdapat muatan khusus dan mendalam bagi penulis yang memetik ayat Al–Qur’an atau As–Sunah di awal artikel. Mereka memiliki falsafah bahwa setiap sesuatu harus berpijak pada dalil. Sehingga dalam tulisan pun dalil naqli harus ditulis terlebih dahulu. Pesan intinya hukum Allah sesuai dengan segala dalil naqli punya pendapat yang sama.

3. Kata Mutiara
Mutiara dicari dan disenangi banyak orang. Termasuk mutiara dalam tulisan atau kata mutiara. Pesona kata mutiara dapat mengakdai pembaca. Walaupun kata-kata itu pedas karena menasehati pembaca.
Penulis sekaliber Jalaluddin Rakhmat sering mempraktekkan cara ini. Dalam artikel-artikelnya. Beliau kerap kali mengutip ucapan-ucapan sastrawan besar sayyidina Ali.

Kita simak kata mutiara dari Geothe yang dicuplik Hernowo dalam “Kata Pengantar” panduan penyusunan naskah (Mizan, 2000). “Apapun yang akan Anda lakukan atau impikan dapat Anda mulai sejak sekarang. Di dalam keberanian mulai terpendam kejeniusan, kekuatan dan keajaiban”.

4. Humor
Manusia senang dengan sesuatu yang lucu. Menimbulkan ger-geran. Cukup banyak media yang memberikan ruang untuk humor.

Sapalah pembaca dengan guyonan segar, tapi mendidik. Dahulu sebelum majalah tempo dibreidel (kemudian terbit kembali) seorang penulis bernama Bondan Winarno seperti diakui Yosal Irantara (Dekan Fikom Uninus), amat rajin menggunakan kata pembuka dengan anekdot. Misal: Pisang apa yang kulitnya enak dimakan? Kemudian Bondan menjawab pisang goreng. Nabi Muhammad Saw. pernah juga menginformasikan suatu kebenaran dengan gaya guyon. (Baca kisah nenek yang tidak masuk surga).

5. Latar Sejarah
Menyapa pembaca bisa juga dengan penyebaran latar sejarah. Menuturkan kronologis tertentu yang berhubungan dengan masalah yang sedang ditulis. Boleh kisah sendiri, para nabi, tokoh atau siapa saja. Misal: kita akan menulis perihal “pentingnya tafakur”.
Sebelum Muhammad bin Abdul Muthalib diangkat menjadi Rasul, beliau punya kebiasaan menyendiri di Gua Hira. Di tempat ini Nabi Saw. melakukan perenungan berbagai hal.

6. Kutipan Dialog
Dialog bisa kita ambil dari kejadian sehar-hari, antara guru dan muridnya, dua tokoh yang berdebat, percakapan keluarga dan seterusnya.
Perhatikan dialog Imam Ghozali (IG) dengan para santrinya (PS).
IG: “Apakah yang paling dekat dengan kita?”
PS: “Keluarga”
IG: “Benar, tapi ada yang lebih dekat dengan kita, yaitu kematian.”
IG: “Apa yang lebih jauh dari kita?”
PS: “Negeri Cina”
IG: “Benar, tapi ada yang lebih jauh dari kita, yaitu masa lalu.”
IG: “Apa yang lebih ringan?”
PS: “Angin”
IG: “Benar, tapi ada yang lebih ringan, yaitu menunda shalat.”
7. Pertanyaan

Pertanyaan mempunyai kandungan maksud untuk mengajak pembaca segera berpikir. Keterlibatan pembaca terasa secara langsung. Cara ini cukup efektif. Misal:
Apakah mahasiswa Indonesia senasib dengan mahasiswa Thailand, yang awalnya dipuja-puja oleh rakyat Thailand? Tetapi kemudian hari para mahasiswa itu dimusuhi oleh rakyat karena dianggapnya tidak mampu merubah keadaan.



Tidak ada komentar: